Sabtu, 15 November 2014
Setidaknya, ini yang menggambarkan
Bahagia ya? iya, mungkin, biasa, bahkan tidak. Aku masih meraba-raba sejak kapan aku mulai bisa menerima uluran tangan itu. Dulu mungkin setiap hari hanya bisa memandangnya dari kejauhan, mencaci sekian serapah dalam benak, mendoktrin setiap tingkah yang sangat melelahkan bahkan untuk bermimpi saja aku takut. iya takut memejam yang akan menidurkanku selamanya.
tetapi setelah beberapa lama, yang dulunya tanpa isi, yang dulunya kosong, yang dulunya berpegang, yang dulunya tak teralihkan, yang dulunya terkecewakan, yang dulunya tak tampak, yang dulunya bukan perbandingan kini......
# itu permainan Daiyen! mana mungkin? ayolah buka mata!
banyak bayangan hitam merajalela, tiap batuan berisi lumut hijau rapuh yang tak siap membentuk tanaman. apakah masih bisa dipercaya?
Bangun Daiyen! lihat itu! lihatlah!
belum puas dengan goresan yang masih menghilangkan tinta hitam itu, kotor sekali. keruh.
Tanyakan hati kecilmu!#
cukup iba dengan sekian dongeng di masa masa sebelumnya, namun kesekian ketukan telah mendorongnya masuk di dalam sini ^bahkan sampai sekarang^ aku bisa apa? perlahanpun mulai terketuk. aku salut dengan jejak kakinya yang kalut. terlihat seimbang dan serontak. apa terlalu polos untuk secara tiba tiba mengajak dan mempersilakannya. aku rasa tidak.
Ceritaku berawal di hari itu, aku rasa untuk kesekian kalinya aku merasakan nothing special, namun apalah. setiap kali teringat cukup memberikan penekanan di dalam sini, cukup sakit, bahkan untuk bernafaspun sangat sulit.
aku tahu, setiap tujuan itu memberikan keinginan yang tak sempat terjawab oleh mulut. dan dengan doktrinan suatu tali itu, membuatku tak bisa acuh dan menggesernya dengan suatu yang lain.
Maaf, aku rasa terlalu dini mungkin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar